PENGALAMAN
MENGUNJUNGI
WISATA GUA
TABUHAN DAN GUA GONG
PACITAN
JAWA TIMUR
KARYA TULIS
DISUSUN
GUNA MEMENUHI TUGAS AKHIR
KELAS VIII
SEMESTER GENAP
TAHUN
PELAJARAN 2013/ 2014
Disusun oleh:
1. SAHRUL HIDAYAT
2. MUHAMMAD YAHYA AINUN NAJIB
3. SITI ASIYAH
4. VITANINGSIH
5. BAYU PAMUNGKAS
YAYASAN
PENDIDIKAN ISLAM (YPI)
MADRASAH
TSANAWIYAH DARUSSALAM SUMOWONO
KABUPATEN
SEMARANG
2013/ 2014
PENGESAHAN
Karya tulis ini telah di setujui dan di sahkan guna
memenuhi tugas akhir kelas VIII (Delapan) semester genap tahun pelajaran 2013/
2014 Madrasah Tsanawiyah Darussalam Sumowono
pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui/ Menyetujui
Kepala MTs Darussalam Sumowono
|
Pembimbing
|
Nur Faqihudin,S.Pd.I
NIP :
|
Iswatun
Masfukhah, S.Pd.I
|
MOTTO
1. Kegagalan adalah celaka kecil, Putus asa adalah celaka
besar
2. Jangan biarkan lidahmu memotong lehermu sendiri.
3. Orang yang budiman selalu memikirkan apa yang salah
pada dirinya dan bukan memikirkan apa yang terjadi pada orang lain.
4. Anak yang berbakti akan menyenangkan hati ayahnya,
tetapi bebal mendo’akan hati ibunya.
5
Berfikirlah hari ini dan berbuatlah hari esok.
6
Tiada
hari tanpa senyuman.
7
Menjadi
orang penting itu baik tetapi lebih penting menjadi orang baik.
8
Tiap berfikir ilmuku, bertambah pula aku kenal kebodohan.
9
Jangan menahan kebaikan terhadap mereka yang berhak menerimanya.
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kami persembahkan kepada :
1. Kedua Orang Tua dan keluarga yang selalu
memberi semangat dan dorongan.
2.
Bapak Nur Faqihudin, S.Pd.I selaku Kepala MTs Darussalam Sumowono
3.
Ibu Iswatun Masfukhah, S.Pd.I selaku guru pembimbing
4.
Bapak Ibu guru dan karyawan MTs Darussalam Sumowono
5.
Teman – teman yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
6.
Pembaca
yang budiman
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dari guru kelas VIII yang berupa Laporan
Perjalanan dalam bentuk karya tulis dengan judul PENGALAMAN
MENGUNJUNGI WISATA GOA TABUHAN DAN GUA GONG PACITAN JAWA TIMUR guna
melengkapi tugas akhir semester genap kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Darussalam
Sumowono tahun pelajaran 2013/ 2014 ini, tidak lupa penulis sampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan do’a restunya .
2. Bapak Nur Faqihudin, S.Pd.I selaku Kepala MTs Darussalam Sumowono yang telah
ikut membantu kegiatan ini.
3.
Ibu Iswatun Masfukhah, S.Pd.I selaku guru pembimbing.
4.
Bapak
Ibu guru dan karyawan MTs Darussalam Sumowono
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Karya
Tulis ini.
Sebagai insan yang tak luput dari kesalahan dan
kekurangan penulis menyadari akan hal
tersebut. Untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun senantiasa kami harapkan. Dan akhirnya semoga Karya Tulis ini dapat
membantu menambah pengetahuan dan wawasan tentang Goa Tabuh dan Goa Gong Pacitan
Jawa Timur, baik bagi penulis maupun pembaca.
Sumowono, 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .............................................................................................................i
HALAMAN
PENGESAHAN ………..…...........................................................................ii
MOTTO DAN
PERSEMBAHAN ........................................................................................iii
KATA PENGANTAR
..........................................................................................................iv
DAFTAR ISI
..........................................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .…………...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan
.......................................………...............................................1
D. Metodologi Penulisan
.....................................……..............................................1
E. Sistematika Penulisan
.......................................…................................................2
BAB II PENGALAMAN
MENGUNJUNGI OBJEK WISATA GOA TABUHAN DAN GOA GONG DI PACITAN JAWA TIMUR
A. GOA TABUHAN ……...............................…......................................................3
1. Sekilas tentang Goa Tabuhan. ……….………………………........................3
2. Benda – benda di Goa Tabuhan ……………...…………………………...…5
3. Fungsi Goa Tabuhan ………………….………….......…….......………….....5
4. Hiasan Goa Tabuhan …...........…....................…................…..……………...5
5. Perbedaan Goa
Tabuhan dan Goa Gong …........……............……..………...5
6. Fungsi Lokasi ……..........................................…................…..……………...6
B. GOA GONG ………….........................…............................................................6
1. Sekilas tentang Goa Gong ..…………….……........….......…….………........6
2. Riwayat Penemuan Goa Gong .………………....………………………...…7
3. Pencarian Lokasi dan Perjalanan di dalam Goa ….……………..….......…....8
3. 1. Pencarian Lokasi……………….......….....…..……........………..……...8
3. 2. Perjalanan di dalam Goa .………………….…….……………………....9
4. Pemberian Nama Goa ……………........…..........…..………...………..…….10
5. Letak Goa Gong …...…….…………………….…...............………………...10
6. Keberadaan Goa Gong …….......................….…................…..……………...11
6. 1. Goa
Gong Sebelum Direnovasi ……..................….…...............……...11
6. 1. Goa
Gong sesudah Direnovasi …….......….........….…...............……...11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….…………………13
B. Saran ........................................................................................................…........13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemajuan
teknologi sangatlah penting dalam perkembangan dan kemajuan bagi siswa,
janganlah melupakan sejarah masa lalu, kita perlu mengetahui perkembangan
IPTEK, tapi jangan dilupakan bahwa dulu juga sudah ada kemajuan yang luar biasa
yang berupa batu yang sangat banyak dan indah dan kita mengenalnya dengan
sebutan Goa Tabuhan, serta peninggalan sejarah – sejarah lain yang berada di Goa Tabuhan, yang hingga saat
ini masih bisa dinikmati, berupa hasil karya seni dan perjuangannya yang sangat
menarik untuk di pelajari nilai – nilai sejarahnya .
Dalam upaya peningkatan
pengetahuan dan wawasan bagi siswa, maka dibuat tugas Laporan Perjalanan dalam
bentuk Karya Tulis sebagai tugas akhir kelas VIII semester genap tahun
pelajaran 2013/ 2014, yaitu Laporan Kunjungan Study Wisata ke Goa Tabuhan dan
Goa Gong Pacitan, Jawa Timur yang di laksanakan pada hari :
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kondisi Objek Wisata Goa Tabuhan.
2.
Bagaimana kondisi Objek Wisata Goa Gong.
C.
Tujuan Penulisan
Penulisan Karya Tulis ini
mempunyai tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui kondisi Objek Wisata Goa Tabuhan.
2. Untuk mengetahui kondisi Objek Wisata Goa Gong Pacitan
Jawa Timur.
D.
Metodologi
Penulisan
Metodologi yang penulis
gunakan dalam Penulisan Karya Tulis adalah sebagai berikut :
1. Metode Pengamatan (Observasi)
Yaitu dengan mengamati sendiri secara langsung
sehingga dapat lebih tahu dan memahami betul akan masalah ini.
2.
Metode Tanya Jawab (Interview)
Yaitu
dengan cara menanyakan langsung pada petugas di lokasi (Guide) objek wisata,
sehingga lebih memudahkan dalam penambahan data-data yang dibutuhkan.
3.
Metode Perpustakaan
Yaitu
dengan mencari buku-buku sehingga dapat memperoleh data-data yang akurat.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan Karya Tulis ini penulisan menggunakan
sistematika sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan
penulisan menyampaikan
a)
Latar Belakang
b)
Rumusan Masalah
c)
Tujuan Penulisan
d)
Metodologi
e)
Sistematika
2. Mengenal benda dari Goa Tabuhan dan Goa Gong Pacitan
Jawa Timur.
Pada
bagian ini penulisan menguraikan tentang :
a.
Goa Tabuhan
b.
Goa Gong Pacitan Jawa Timur
3. Penutup
Pada
bagian penutup penulis sampaikan :
a.
Kesimpulan
b.
Saran
BAB II
PENGALAMAN
MENGUNJUNGI OBJEK WISATA GOA TABUHAN
DAN GOA
GONG PACITAN JAWA TIMUR
A. GOA TABUHAN
1.
Sekilas tentang Goa Tabuhan
Goa ini terletak di desa Wareng, kecamatan Punung, kabupaten Pacitan,
Jawa Timur, kira-kira 40 km dari pusat kota Pacitan ke arah barat. Daerah ini
terletak di perbatasan Jawa Tengah sebelah selatan. Pacitan bisa dicapai dari
Wonogiri Jateng, Ponorogo Jatim, atau Trenggalek Jatim. Namun, Anda juga bisa
datang dari Yogyakarta melalui jalur alternatif yang melewati Kabupaten Gunung
Kidul. Jalur ini sudah beraspal halus, namun di beberapa tempat masih relatif
sepi sehingga tidak disarankan untuk perjalanan malam hari. Bila Anda menggunakan
bis umum, Anda akan turun di terminal Punung dan dilanjutkan dengan ojek karena
tidak ada angkot menuju ke Goa. Tarif ojek sekitar Rp 10.000 . Namun saat hari
pasaran Pahing, Anda bisa menaiki mobil pick up yang difungsikan sebagai angkot
dengan tarif hanya Rp 3000 saja. Tiket masuk goa sendiri hanya Rp 4000 per
orang. Anda juga bisa menyewa senter kalau ingin memasuki goa lebih dalam lagi,
dengan harga sewa cukup Rp 5000.
Pintu masuk Goa Tabuhan Pacitan
Awalnya goa ini bernama Goa Tapan karena terletak di perbukitan kapur
Tapan. Menurut sejarah setempat, goa ini ditemukan oleh Kyai Santiko yang pada
waktu itu kehilangan sapi, dan akhirnya ditemukan di goa ini. Lalu, goa ini
dibersihkan dan diambil oleh Raden Bagus Joko Lelono dan Puteri Raden Ayu
Mardilah. Goa ini terlihat besar dari luar, dan begitu masuk Anda langsung
disuguhi kubah yang megah, lengkap dengan stalaktit (batuan yang berbentuk
seperti tiang dan menempel di atap goa) dan stalagmit (seperti stalaktit, namun
menempel di dasar goa). Namun bila Anda menjelajah lebih dalam, Anda hanya akan
menemukan jalan kecil buntu yang ujungnya dipercaya sebagai tempat bertapa
Pangeran Diponegoro dan pengikutnya.
Stalaktit Stalakmit di Goa Tabuhan
Yang unik dari
Goa ini adalah adanya stalaktit dan stalakmit yang jika dipukul mengeluarkan
suara nyaring dan merdu. Oleh karena itu, goa ini kerap digunakan sebagai
pentas musik jawa tradisional dengan hanya kendang, stalaktit, dan stalakmit
sebagai instrumentnya. Sulit dipercaya memang jika belum menyaksikan langsung.
Penabuh “gamelan” di Goa Tabuhan
Tembang jawa dinyanyikan oleh tiga orang penyanyi wanita yang disebut
sinden, diiringi dengan empat pria sebagai pemukul kendang, stalaktit, dan
stalakmit. Memang tidak semua batuan bisa mengeluarkan suara merdu, hanya
beberapa saja yang bisa digunakan sebagai instrument musik. Tembang jawa
seperti “Nyidam Sari” dinyanyikan dengan merdu, dengan sesekali ditimpali suara
berat waranggana atau penabuh kendang. Meski hanya bernyanyi selama kira-kira
20 menit, namun tembang-tembang ini mampu menyihir penonton hingga tak beranjak
dari tempatnya. Untuk menyaksikan musik unik ini, sebenarnya Anda harus
“menyewa” pemain musik tersebut seharga Rp 70.000, namun jika kondisi sedang
ramai, mereka akan bermain sendiri dan berharap penonton mau memberi uang
sukarela. Jadi sebaiknya Anda datang saat hari Sabtu-Minggu atau liburan, dan
jangan lupa memberi uang sepantasnya untuk mereka.
2.
Benda –
benda di Goa Tabuhan
Pada saat itu
pengunjung terus maju dan akhirnya kita sampai pada penghujung goa, tampak
seperti ruang – ruang kecil pada dinding goa, yang seketika. Pada saat itu juga
kita asumsikan sebagai kamar – kamar manusia purba. Bila ada rombongan yang
ingin melihat aktraksi bermain gamelan dari dinding goa dan staktit-stalakmit
dikenakan biaya Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah)
3.
Fungsi Goa Tabuhan
Ada dua pendapat
mengenai fungsi Goa Tabuhan, pertama Goa Tabuhan sebagai tempat tapan yang
berarti tempat bertapa, berdasarkan cerita turun – temurun goa tersebut
dijadikan tempat bertapa para pengabdi Pangeran Diponegoro, seperti Sentot
Alibasyah Prawirodirjo.
4.
Hiasan Gua Tabuhan
Hiasan pada Goa
Tabuhan pada belakangan ini dari keturunan Raden Bagus Joko yang memiliki darah
seni menyebutnya sebagai Goa Tabuhan karena karena bebatuan menjulur dari
langit – langit atau yang menjulang (stalagmit dan stalaktit) atau dijadikan
alat musik (Gamelan)
5.
Perbedaan Goa Tabuhan dan Goa Gong
Di Goa Tabuhan wisatawan dapat melihat gending –
gending jawa yang dapat ditabuh seperti suara gamelan dan kita juga akan
disuguhi oleh pemandangan aneka cinderamata khas Pacitan, seperti akik dan
kerajinan lainnya. Untuk memasuki mulut goa maka harus menaiki tangga yang
tertata rapi, bagi yang tidak suka panas tidak usah khawatir disepanjang kita
menaiki anak tangga terdapat pohon rindang raksasa yang memayungi.
Di Goa Gong pengunjung dapat melihat batu – batu putih
yang cemerlang dan jika dipukul goa ini akan mengeluarkan suara seperti gong.
Di Goa Gong terdapat beberapa pendukung seperti dua buah terminal, pemandangan
pegunungan dan kios – kios sovenir dan lain sebagainya. Untuk memasuki goa ini
pengunjung harus naik tangga ± 1km. Jika disalam kepanasan di dalam goa sudah
terdapat AC yang sangat besar.
6.
Letak dan lingkungan Goa Tabuhan
Goa ini terletak di desa Wareng, kecamatan Punung,
kabupaten Pacitan, Jawa Timur, kira-kira 40 km dari pusat kota Pacitan ke arah
barat. Daerah ini terletak di perbatasan Jawa Tengah sebelah selatan. Pacitan
bisa dicapai dari Wonogiri Jateng, Ponorogo Jatim, atau Trenggalek Jatim.
Namun, Anda juga bisa datang dari Yogyakarta melalui jalur alternatif yang
melewati Kabupaten Gunung Kidul.jalan menuju Goa Tabuhan tidaklah terlalu sulit
dan bisa dibilang hampir sejalan dengan Goa Gong, di Goa Gong akan disuguhi
oleh pemandangan aneka cinderamata khas Pacitan, seper6ti batu akik dan
kerajinan lainnya.
Untuk memasuki goa maka harus menaiki tangga dan
tanjakan stalamit dan stalakmit berukuran raksasa menghiasi mulut goa.
B. GOA GONG
1. Sekilas tentang Goa Gong
Goa
Gong terletak 37 km dari Pusat Kota Pacitan, dapat dicapai dengan kendaraan
bermotor baik roda dua maupun roda empat. Goa dengan stalagtit dan stalagmitnya
yang dinominasikan sebagai goa terindah di Asia Tenggara ini mampu memukau
setiap wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Selain keindahan stalagtit
dan stalagmitnya Goa Gong memiliki empat sendang yang dinilai magis bagi siapa
saja yang mempercayainya.
2. Riwayat Penemuan Goa Gong
Pemandangan stalaktit dan stalakmit yang menakjubkan di Goa Gong,
Pacitan
Dalam sejarahnya Goa Gong sebenarnya sudah lama dimasuki oleh manusia
yaitu nenek moyang kita dahulu, namun seiring perjalanan waktu goa tersebut
sepertinya hilang begitu saja dan yang ada hanyalah cerita-cerita lama/dongeng
orang-orang tua, namun justru dongeng dan cerita itulah pada akhirnya warga
dusun Pule desa Bomo bertekad untuk menemukan kembali goa tersebut. Dan dengan
dipimpin Kepala Dusun Pule maka pencarian goa dimulai :
Pertama :
memcocokkan cerita-cerita
Kedua :
mencari arah dan alur kehidupan, baik kehidupan binatang maupun kea-
daan alam
sekelilingnya
Ketiga :
memastikan letak
Keempat :
mulai memasuki goa
(Dikisahkan
oleh Drs. Wakino/ Penemu Goa Gong)
Ketika itu
hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995 sekitar pukul 09.00 wib, ayah bersama kami
duduk di ruang depan bercerita tentang kejadian yang dialami oleh mbah Noyo
Semito (kakek Drs. Wakino) dengan teman-temannya yang bernama mbah Joyo ± 60
tahun silam.
Ketika itu
Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan dilanda kemarau
pangjang hingga sulit untuk mencari air minum dan untuk keperluan sehari-hari.
Dengan
keadaan seperti itu kedua kakek tersebut dengan keberaniannyamencoba memasuki
goa yang dianggapnya tidak terlalu jauh dari rumah penduduk ± 400 meter untuk
mencari air. Dengan menggunakan alat penerangan tradisional berupa obor (daun
kelapa kering yang diikat) hingga menghabiskan 7 ikat, kedua kakek tersebut
berhasil menelusuri lorong-lorong goa hingga menemukan beberapa sendang dan
mandi di dalamnya.
Walaupun
pengalaman itu telah diceritakan pada masyarakat disekitar, namun tak
seorangpun yang berani mengikuti jejaknya, karena menurut kepercayaan
masyarakat di sana goa itu dianggap masing wingit (angker).
Setelah
mendengar cerita ayah tersebut, terketuklah hati kami timbul niatan untuk
membuktikan kebenaran yang kakek alami. Keinginan itu ternyata didukung oleh
ayah (Bpk. Suramin) dan teman-teman lain yang berjumlah 8 orang. Namun di antara
teman-teman itu ada yang pro dan kontra mengenai rencana itu, bahkan ada yang
ingin menunda untuk mencari hari baik. Akhirnya niat kami itu disetujui setelah
kami menyampaikan bahwa besuk akan segera pulang ke Magetan.
3. Pencarian Lokasi dan Perjalanan di dalam Goa
3. 1. Pencarian Lokasi
Tepatnya
hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995, kami berangkat mencari lokasi goa bersama
rombongan berjumlah 8 orang, yaitu :
1.
Bapak Suramin 54 tahun, sesepuh.
2.
Wakino 30 tahun, ketua rombongan.
3.
Paino 42 tahun, ketua RT.
4.
Suparni 38 tahun, Kepala Dusun.
5.
Suyadi 39 tahun, warga desa.
6.
Paino 30 tahun, guru SD.
7.
Misno 29 tahun, warga desa.
8.
Suyatno 15 tahun, warga desa.
Pada saat
itu kami berangkat lebih dahulu untuk mencarinya karena dalam benak kami masih
ingat bahwa mulut goa itu dulunya dekat dengan pohon kluwih, tapi pada saat itu
pohon kluwihnya sudah tidak ada. Ternyata betul dugaan kami, bahwa mulut goa
itu tidak lama kemudiandapat kami temukan. Sambil menunggu teman yang mencari
peralatan, kami dengan dibantu oleh beberapa teman yang lain membersihkan mulut
goa yang sudah tertutup oleh batu, tanah, dan tumbuhan liar lainnya. Setelah
teman-teman yang berjumlah 8 orang itu berkumpul, dengan membawa 7 buah lampu
baterai dan 2 buah lampu petromax dan sebuah kamera poket sepakat untuk
memasuki lorong-lorong goa tersebut.
3.
2. Perjalanan
di dalam Goa
Dengan
peralatan yang sederhana, perasaan was-was, takutdan ngeri dikhawatirkan ada
binatang buas, kami beserta rombongan terus berusaha menelusuri lorong-lorong
goa.
Liku-liku
perjalanan pada waktu itu memang penuh dengan perjuangan yang luar biasa antara
hidup dan mati. Sambil terus memanjatkan doa kehadirat Illahi Robbi, tetap
melangkahkan kai mencari arah mana yang harus diikuti. Memang pada waktu itu
kamilah sebagai pencari jalan dan selalu memberikan motivasi pada rombongan, (“ayo
maju terus…slamet-slamet…ojo wedi!”).
Tiba-tiba
kami dikejutkan olehgambaran yang menakutkanseolah-olah ada seorang manusia
yang berdiri tegak menghadang kehadiran kami, ternyata setelah terkena sinar
itu hanyalah sebuah batu besar yang menjulang tinggai yang berfungsi sebagai
penyangga goa.
Setelah
lorong-lorong goa dapat kami masuki, ternyata setelah kembalinya sampai ruang 3
lagi (anggapan sementara waktu itu) kami bersama rombongan sempat tersesat.
Inilah saat yang paling menegangkan, panik, was-was karena peralatannya tinggal
menyisakan sedikit. Akhirnya kami mencoba untuk belok kanan ternyata kami
menemukan lampu baterai yang sengaja kami tinggal sewaktu brangkat karena
bohlamnya putus. Setelah kami bersama meyakini bahwa jalan tersebut benar maka
perjalananpun dilanjutkan. Berkat petunjuk Illahi berhasilla kami keluar dari
goa.
4. Pemberian Nama Goa
Penamaan Goa
Gong bertalian erat denag salah satu nama dari perangkat gamelan Jawa. Konon
pada saat –saat tertentu, di gunung yang terdapat goa tersebut sering terdengar
bunyi-bunyian seperti seperti gamelan Jawa, pertunjukkan reog, terbangan,
bahkan sering terdengar orang menangis yang memilukan. Karena itu masyarakat di
sekitarnya memberi nama gunung tersebut gunung Gong-Gongan. Maka kami bersama
rombongan yang berjumlah 8 orang tadi memberi nama goa itu adalah Goa Gong.
Selain itu
kalau kita menyaksikan keindahan goa tersebut memperlihatkan suatu pertanda
bahwa goa itu tiada duanya. Sehingga kami bersama rombongan menyimpulkan Goa Gong
tersebut merupakan gongnya goa.
5.
Letak Goa Gong
Goa Gong
terletak di pesisir pantai selatan, tepatnya di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan
Punung, Kabupaten Pacitan, 37 km ke arah barat kota Pacitan. Goa Gong
dikelilingi oleh sederetan gunung, diantaranya :
·
Sebelah utara aladah gunung Manyar
·
Sebelah
timur adalah gunung Gede
·
Sebelah
selatan adalah gunung Karang Pulut
·
Sebelah barat adalah gunung Grugah
Sederetan
gunung yang mengelilingi goa Gong tersebut sebagian besar ditanami pohon jati,
pisang, kelapa, tapi sebaliknya di musim hujan juga ditanami ketela, cabe,
padi, mentimun, dan sebagainya, sehingga dari kejauhan nampak kehijauan yang
dapat menambah keasrian suasana goa Gong pada pagi hari dan menjelan senja
tiba.
6. Keberadaan Goa Gong
6. 1. Goa
Gong Sebelum Direnovasi
Goa Gong
tidak bisa dielakkan lagi tentang keindahan, keasrian, dan keunikan yang ada di
dalamnya. Pengunjung pasti akan merasa heran, kagum dikarenakan seolah-olah
kita memasuki dunia baru. Ruang pertama yang sudah penuh dengan ukiran alami
itu, seakan-akan pengunjung disambut dengan ucapan selamat datang.
Pintu abadi
yang sudah ada, seakan mengajak kita untuk memasuki ruang kedua dengan ukuran
yang sangat luas, di sana ada semacam kamar manidi yang terbuat secara alami.
Kemudian dari sini kita akan berjalan lagi, sambil melihat ke bawah akan tampak
beberapa sendang yang airnya jernih dan bisa melihat taman goa yang kelihatan
jauh di ruang ketiga.
Di
kiri-kanan tangga alami tampak beberapa lukisan dari batu-batuan yang
menggambarkan sutu keinginan Tuhan. Di samping itu banyak terdapat batu
berwarna putih yang dapat memberikan gambaran seolah-olah goa ini benar-benar
masih perawan, asli, dan belum dijamah oleh manusia. Di sana-sini terdengar
tetesan airsehingga menambah keasrian dan kesejukan di dalam goa.
6. 2. Goa
Gong Sesudah Direnovasi
Berkat
kesigapan Pemerintah Daerah Tingkat II Pacitan yang dipimpin oleh Bapak Bupati
Sutjipto dan kerjasama yang baik antara instansi terkait serta masyarakat
sekitar, maka pada tanggal 31 Juli 1996 beberapa fasilitas mulai dikerjakan
yang ditangani oleh PT. Citra Pule Raya.
Sarana yang
dibangun untuk memasuki goa adalah : jalan undak-undakan,dengan pagar pengaman
di kiri-kanan, aliran listrik sebagai penerangan, dan AC sebagai pendingin goa.
Syukur
Alhamdulillah proyek proses renovasi dan pengembangan Goa Gong selesai tanggal
31 Desember 1996, berlajalan sukses dan lancar. Kemudian Goa Gong siap
diapasarkan sebagai komoditi wisata unggulan nasional.
BAB III
PENUTUP
Dengan
mengucapkan alhamdulillahi robbil’alamin serta dengan rahmat Tuhan yang maha
kuasa dapat menyelesaikan tugas guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam
bentuk laporan sebuah karya tulis tanpa halangan suatu apapun, tidak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, bapak ibu guru pembimbing
serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.
Sebagai
penutup penyusun mohon maaf apabila dalam penyusunan karya tulis ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, hal ini wajar karena penyusun sendiri
juga sebagai insan biasa yang tidak lupt dari kekeliruan dan kekurangan.
A
. KESIMPULAN
Dengan adanya program ini kami bisa menyelesaikan
tugas akhir semester genap kelas VIII dan bisa mengetahui sekaligus mengenal
Goa Tabuhan dan Goa Gong Pacitan Jawa Timur, secara langsung, serta bisa
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman penyusun pada khususnya dari siswa –
siswi Madrasah Tsanawiyah Darussalam Sumowono.
B.SARAN
Mempelajari karya tulis ini, maka penulis mendapatkan
saran – saran sebagai berikut :
- Agar bangsa Indonesia senantiasa bisa menjaga sekaligus melestarikan hasil budaya peninggalan nenek moyang agar bangsa Indonesia ini lebih maju dan aman.
- Manusia dengan bekal ilmu agama dan ilmu pengetahuan diharapkan mampu menyerap isi (essensi) dari nilai – nilai yang terkandung di dalam sejarah peninggalan nenek moyang kita terutama sejarah islam, karena dengan bekal ilmu agama dan ilmu pengetahuan tersebut dapat mengantarkan manusia kepada jalan yang di ridhoi Allah SWT.
Daftar Pustaka
Sutikno,
Kebesaran dan Kemegahan Goa Gong di Kota Pacitan, Citra Pule Raya bekerja sama
dengan PEMDA DATI II KAB. PACITAN, 1997.
Akasah,
Hamid, Arya Penangsang; Perebutan Objek Wisata Kabupaten Pacitan ; 2014 ; Cv
Cipta
Wakino, Drs.
Gua Gong Obyek Wisata Potensial Di Kabupaten Pacitan, Rapi offset, Madiun:1998
Leaflet Pesona Wisata Pacitan, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Pacitan.
www.wikipedia.com